Jumat, 14 Oktober 2011

Masjid Tanpa Nama, Bukit Permata.





Alhamdulillah, Jum'atan hari ini abah berkesempatan shalat di satu masjid yang katanya telah berumur lebih dari seabad. Masjid tanpa nama itu diurus pertama kali oleh kakek buyut H. Goni, imam rawwatib yang sudah sepuh. Masjid yang besar sejuk ini berada dibawah beberapa pohon besar dan rimbun. Bangunannya tampak tua dengan genting merah diatasnya ada anjung peranginan yang dipasang kubah mini.

Tepat jam 12.05 disenandungkan shalawat Nabi seraya ditabuh bedug. Lalu disusul oleh muazzin. Setelah itu seorang imam masjid menyerukan shalat seraya memegang sebatang tongkat yang ujungnya seperti lembing. Lantas seorang haji sepuh datang berjalan beringsung dari belakang menuju ke mimbar. Imam masjid menyambutnya seraya menyerahkan tongkat. Khatib menyampaikan salam lalu duduk diatas tembok poselen biru langit yang senada warna dengan 6 tiang masjid. Imam masjid lalu mengumandangkan azan. Selesai adzan khotib lalu mengambil sehelai kertas lalu membacakan hadis2 Rasulullah dalam bahasa Arab. Tak smp 5 menit lantas masuk ke khotbah ke 2 berupa pembacaan doa. Selesai berdoa lalu dikumandangkan iqamat, lalu khatib memimpin shalat Jum'at 2 rakaat. Rakaat pertama Shabihisma. Rakaat kedua 'Alam nashrah.

Sejak tahiyyatul masjid smp bakdal Jum'at tak tampak ada edaran kotak jariyyah, begitu juga di pintu masuk. Padahal jamaah padat smp keluar masjid, diperkirakan setidaknya ada 600an jamaah. Masjid juga tak menggunakan sistim audio. Buat ventilasi digunakan 4 unit fan diplafon. Begitupun hawa terasa sejuk karena posisi masjid dikurung oleh beberapa batang pohon besar dan rimbun.

Waktu keluar masjid, abah jumpa dengan seorang ustadz muda yang dicium tangannya oleh sebagian jamaah.  Sementara H. Goni sang khatib sekaligus imam tampak masih memimpin doa.



Eman Rais Alhamdulillah, terimokasih buat foto yang indah ini. Baru bae balik dari siko masjid tuo tradisionil alamiah. Tanpo namo, tanpo khutbah kecuali bukaan dalam arabic. Tanpo sistim audio, tanpo kotak jariyyah. Lokasi di areal bisnis Sentul City en Bukit Permata. Khotib dah sepuh besuaro bass berat lembut. Subhanallah, baru kali ni kulo nemui.

'Kiagus Imran Mahmud Ini paham lamo. Kulo pernah Jumat di Jonggol dan Cianjur (bagian jero), meitu galo (cuma ada sound system): baso Arab dan yang dikhotbahke (katonyo) saat jaman Nabi. Biar bewong rumah wong Sunda, baso Sundonyo alus. Tambah dak terti. Kamek dalam perjalanan saat baru pensiun 1996. KIM

Eman Rais Mada'i masjid yang ujinyo dah berumur lebih seabad tu idak tersentuh samo pembangunan Sentul City samo bukit Permata. Katek teromol dipintu masuk, katek kotak amal yang biaso diedarke kepara jamaah masjid. Kepingin silaturahmi ke imam rawwatib yang dah sepuh.

Usman A. Mattjik Kulo pernah sholat Jumat di Bojong Depok ( di pemukiman penduduk ), dimano Chotibnyo menggunakan baso Arab. Kalu di komplek BDB-2 ( mayorlitasnyo pendatang ) chotbanyo pake baso Indonesia. Tak katek kotak yg diedarkan di keduo mesjid itu.

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar